KONSEP DASAR PERENCANAAN PEMBELAJARAN KARAKTERISTIK
PERKEMBANGAN ANAK TK
A. Konsep Dasar Perencanaan
Pembelajaran
Perencanaan adalah suatu cara yang memuaskan
untuk membuat kegiatan dapat berjalan dengan baik, disertai dengan berbagai
langkah yang antisipatif guna memperkecil kesenjangan yang terjadi sehingga
kegiatan tersebut mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Uno, 2008:2).
Sedangkan yang dimaksud pembelajaran
memiliki hakikat perencanaan atau perancangan (desain) sebagai upaya untuk membelajarkan
siswa.
Itulah sebabnya dalam belajar, siswa
tidak hanya berinteraksi dengan guru sebagai salah satu sumber belajar, tetapi
mungkin berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar yang dipakai untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Oleh karena itu, pembelajaran
memusatkan perhatian pada "bagaimana membelajarkan siswa", dan bukan
pada “apa yangdipelajari siswa”.
Adapun perhatian terhadap apa yang
dipelajari siswa merupakan bidang kajian dari kurikulum, yakni mengenai apa isi
pembelajaran yang harus dipelajari siswa agar dapat tercapainya tujuan.
Pembelajaran lebih menekankan pada bagaimana cara agar tercapai tujuan
tersebut. Dalam kaitan ini hal-hal yang tidak bisa dilupakan untuk mencapai
tujuan adalah bagaimana cara menata interaksi antara sumber-sumber belajar yang
ada agar dapat berfungsi secara optimal.
Dalam konteks
pengajaran, perencanaan dapat diartikan sebagai proses penyusunan materi
pelajaran, penggunaan media, pendekatan dan metode pembelajaran, dan penilaian
dalam suatu alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada masa tertentu untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Berdasarkan uraian di atas,
konsep perencanaan pengajaran dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, yaitu:
1. Perencanaan pengajaran
sebagai teknologi
2. Perencanaan pengajaran
sebagai suatu sistem
3. Perencanaan pengajaran
sebagai sebuah
4. Perencanaan pengajaran
sebagai sains (science)
5. Perencanaan pengajaran
sebagai sebuah proses
6.
Perencanaan pengajaran sebagai sebuah realitas
Dengan mengacu kepada berbagai sudut pandang
tersebut, maka perencanaan program pengajaran harus sesuai dengan konsep
pendidikan dan pengajaran yang dianut dalam kurikulum. Penyusunan program
pengajaran sebagai sebuah proses, disiplin ilmu pengetahuan, realitas, sistem
dan teknologi pembelajaran bertujuan agar pelaksanaan pengajaran berjalan
dengan efektif dan efisien. Kurikulum khususnya silabus menjadi acuan utama
dalam penyusunan perencanaan program pengajaran, namun kondisi sekolah/madrasah
dan lingkungan sekitar, kondisi siswa dan guru merupakan hal penting jangan
sampai diabaikan.
Dasar Perlunya
Perencanaan Pembelajaran
Perlunya perencanaan pembelajaran sebagaimana
disebutkan di atas, dimaksudkan agar dapat dicapai perbaikan pembelajaran.
Upaya perbaikan pembelajaran ini dilakukan dengan asumsi berikut:
1. untuk memperbaiki kualitas pembelajaran perlu diawali dengan perencanaan pembelajaran yang diwujudkan dengan adanya desain pembelajaran;
2. untuk merancang suatu pembelajaran perlu menggunakan pendekatan sistem;
3. perencanaan desain pembelajaran diacukan pada bagaimana seseorang belajar;
4. untuk merencanakan suatu desain pembelajaran diacukan pada siswa secara
perseorangan;
5. pembelajaran yang dilakukan akan bermuara pada ketercapaian tujuan
pembelajaran, dalam hal ini akan ada tujuan langsung pembelajaran, dan tujuan
pengiring dari pembelajaran;
6. sasaran akhir dari perencanaan desain pembelajaran adalah mudahnya siswa
untuk belajar;
7. perencanaan pembelajaran harus melibatkan semua variabel pembelajaran;
8. inti dari desain pembelajaran yang dibuat adalah penetapan metode
pembelajaran yang optimal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Manfaat Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran memainkan peran
penting dalam memandu guru untuk melaksanakan tugas sebagai pendidik dalam
melayani kebutuhan belajar siswanya. Perencanaan pembelajaran juga dimaksudkan
sebagai langkah awal sebelum proses pembelajaran berlangsung.
Terdapat beberapa manfaat
perencanaan pembelajaran dalam proses belajar mengajar yaitu:
1. sebagai petunjuk arah kegiatan dalam mencapai tujuan;
2. sebagai pola dasar dalam mengatur tugas dan wewenang bagi setiap unsur yang
terlibat dalam kegiatan;
3. sebagai pedoman kerja bagi setiap unsur, baik unsur guru maupun unsur
murid;
4. sebagai alat ukur efektif tidaknya suatu pekerjaan, sehingga setiap saat
diketahui ketepatan dan kelambatan kerja;
5. untuk bahan penyusunan data agar terjadi keseimbangan kerja;
6. untuk menghemat waktu, tenaga, alat-alat, dan biaya.
Sedangkan penerapan konsep dan prinsip
pembelajaran berbasis kompetensi diharapkan bermanfaat untuk:
1. Menghindari duplikasi dalam memberikan materi pelajaran.
2. Dengan menyajikan materi pelajaran yang benar-benar relevan dengan
kompetensi yang ingin dicapai, dapat dihindari terjadinya duplikasi dan
pemberian materi pelajaran yang terlalu banyak.
3. Mengupayakan konsistensi kompetensi yang ingin dicapai mengajarkan suatu
mata pelajaran. Dengan kompetensi yang telah ditentukan secara tertulis,
siapapun yang mengajarkan mata pelajaran tertentu tidak akan bergeser atau
menyimpang dari kompetensi dan materi yang telah ditentukan.
4. Meningkatkan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan, kecepatan, dan
kesempurnaan siswa.
5. Membantu mempermudah pelaksanaan akreditasi. Pelaksanaan akreditasi akan
lebih dipermudah dengan menggunakan tolok ukur standar kompetensi
6. memperbarui sistem evaluasi dan laporan hasil belajar siswa. Dalam
pembelajaran berbasis kompetensi, keberhasilan siswa diukur dan dilaporkan
berdasar pencapaian kompetensi atau subkompetensi tertentu, bukan didasarkan
atas perbandingan dengan hasil belajar siswa yang lain.
7. Memperjelas komunikasi dengan siswa tentang tugas, kegiatan, atau
pengalaman belajar yang harus dilakukan, dan cara yang digunakan untuk
menentukan keberhasilan belajarnya.
8. Meningkatkan akuntabilitas publik. Kompetensi yang telah disusun,
divalidasikan, dan dikomunikasikan kepada publik, sehingga dapat digunakan
untuk mempertanggung-jawabkan kegiatan pembelajaran kepada publik.
9. Memperbaiki sistem sertifikasi. Dengan perumusan kompetensi yang lebih
spesifik dan terperinci, sekolah/madrasah dapat mengeluarkan sertifikat atau
transkrip yang menyatakan jenis dan aspek kompetensi yang dicapai.
Prinsip-prinsip Umum tentang Mengajar
Prinsip-prinsip umum yang harus
dijadikan pegangan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar adalah
sebagai berikut.
1. Mengajar harus berdasarkan pengalaman yang sudah dimiliki siswa. Apa yang
telah dipelajari merupakan dasar dalam mempelajari bahan yang akan diajarkan.
Oleh karena itu, tingkat kemampuan siswa sebelum proses belajar mengajar
berlangsung harus diketahui guru. Tingkat kemampuan semacam ini disebut entry
behavior. Entry behaviuor dapat diketahui di antaranya dengan melakukan pretes.
Hal ini sangat penting agar proses belajar mengajar dapat berlangsung secara
efektif dan efisien.
2. Pengetahuan dan keterampilan yang diajarkan harus bersifat praktis. Bahan
pelajaran yang bersifat praktis berhubungan dengan situasi kehidupan. Hal ini
dapat menarik minat, sekaligus dapat memotivasi belajar.
3. Mengajar harus memperhatikan perbedaan individual setiap siswa.
4. Kesiapan (readiness) dalam belajar sangat penting dijadikan landasan dalam
mengajar. Kesiapan adalah kapasitas (kemampuan potensial) baik bersifat fisik
maupun mental untuk melakukan sesuatu.
5. Tujuan pengajaran harus diketahui siswa. Apabila tujuan pengajaran diketahui,
siswa mempunyai motivasi untuk belajar. Agar tujuan mudah diketahui, harus
dirumuskan secara khusus.
6. Mengajar harus mengikuti prinsip psikologis tentang belajar. Para ahli
psikologi merumuskan prinsip bahwa belajar itu harus bertahap dan meningkat.
Oleh karena itu, dalam mengajar haruslah mempersiapkan bahan yang bersifat
gradual, yaitu dari sederhana kepada yang kompleks (rumit); dari konkret kepada
yang abstrak; dari umum (general) kepada yang kompleks; dari yang sudah
diketahui (fakta) kepada yang tidak diketahui (konsep yang bersifat abstrak);
dengan menggunakan prinsip induksi ke induksi atau sebaliknya, dan sering
menggunakan reinforcement (penguatan).
Tipe-tipe Belajar
Dalam praktik pengajaran, penggunaan suatu dasar teori untuk segala situasi
merupakan tindakan kurang bijaksana. Tidak ada suatu teori belajar pun cocok
untuk segala situasi. Karena masing-masing mempunyai landasan yang berbeda dan
cocok untuk situasi tertentu. Robert M. Gagne mencoba melihat berbagai teori
belajar dalam satu kebulatan yang Baling melengkapi dan tidak bertentangan.
Menurut Gagne, belajar mempunyai delapan tipe. Kedelapan tipe 1tu bertingkat,
ada hierarki dalam masing-masing tipe. Setiap tipe belajar merupakan prasyarat
bagi tipe belajar di atasnya.
Tipe belajar dikemukakan oleh Gagne pada hakikatnya merupakan prinsip umum
baik dalam belajar maupun mengajar. Artinya, dalam mengajar atau membimbing
siswa belajar pun terdapat tingkatan sebagaimana tingkatan belajar di atas.
Kedelapan tipe itu adalah sebagai berikut.
1. Belajar Isyarat
(Signal Learning)
Belajar isyarat mirip dengan conditioned respons atau respons bersyarat.
Seperti menutup mulut dengan telunjuk, isyarat untuk datang mendekat. Menutup
mulut dengan telunjuk dan lambaian tangan adalah isyarat, sedangkan diam dan
datang adalah respons. Tipe belajar semacam ini dilakukan dengan merespons
suatu isyarat. Jadi, respons yang dilakukan itu bersifat umum, kabur, dan
emosional.
2. Belajar
Stimulus-Respons (Stimulus Respons Learning)
Tipe belajar S–R, respons bersifat spesifik. 2 x 3 = 6 adalah bentuk suatu
hubungan S–R. Mencium bau masakan sedap, keluar air liur, itu pun ikatan S–R.
Jadi, belajar stimulus respons sama dengan teori asosiasi (S–R bond). Setiap
respons dapat diperkuat dengan reinforcement. Hal ini berlaku pula pada tipe
belajar stimulus respons
.
3. Belajar
Rangkaian (Chaining)
Rangkaian atau rantai dalam chaining adalah semacam rangkaian antara
berbagai S–R yang bersifat segera. Hal ini terjadi dalam rangkaian motorik;
seperti gerakan dalam mengikat sepatu, makan-minum-merokok; atau gerakan verbal
seperti selamat-tinggal, bapak-ibu.
4. Asosiasi Verbal (Verbal Assosiation)
Tipe belajar ini adalah mampu mengaitkan suatu yang bersifat verbalisme
kepada sesuatu yang sudah dimilikinya. Misal "pyramids itu berbangun
limas" adalah contoh tipe belajar asosiasi verbal. Seseorang dapat
menyatakan bahwa piramida berbentuk limas kalau ia mengetahui berbagai bangun,
seperti balok, kubus, dan kerucut. Hubungan atau asosiasi verbal terbentuk bila
unsur-unsurnya terdapat dalam urutan tertentu, yang satu mengikuti yang lain.
5. Belajar Diskriminasi (Discrimination Learning
Tipe belajar ini adalah pembedaan terhadap berbagai rangkaian seperti
membedakan berbagai bentuk wajah, hewan, tumbuhan, dan lain-lain.
6. Belajar Konsep (Concept
Learning)
Konsep merupakan simbol berpikir. Hal ini diperoleh dari hasil memuat
tafsiran terhadap fakta atau realita, dan hubungan antara berbagai fakta.
7. Belajar Aturan (Rule Learning)
Belajar aturan adalah lebih meningkat dari tipe belajar konsep. Dalam
belajar aturan, seseorang dipandang telah memiliki berbagai konsep yang dapat
untuk mengemukakan berbagai formula, hukum, atau dalil.
8. Belajar
Pemecahan Masalah (Problem Solving)
Tipe belajar yang terakhir adalah memecahkan masalah. Tipe belajar ini
dapat dilakukan oleh seseorang apabila dalam dirinya sudah mampu mengaplikasikan
berbagai aturan yang relevan dengan masalah yang dihadapinya. Dalam memecahkan
masalah diperlukan waktu yang cukup, bahkan ada yang memakan waktu terlalu
lama. Juga sering kali harus melalui berbagai langkah, seperti mengenal tiap
unsur dalam masalah itu. Dalam segala langkah diperlukan pemikiran sehingga
dalam memecahkan masalah akan diperoleh hasil yang optimal.
Kedelapan tipe belajar di atas tampaknya para ahli sepakat. Tipe belajar
yang memiliki hierarki. Setiap tipe belajar merupakan prasyarat bagi tipe
belajar selanjutnya. Sebaliknya tiap tipe belajar memerlukan penguasaan pada
tipe belajar di tingkat bawahnya. Belajar memecahkan masalah misalnya harus
menguasai sejumlah aturan yang relevan, seterusnya untuk belajar aturan perlu
penguasaan beberapa konsep yang digunakan pada aturan.
Dalam kaitan dengan perencanaan pengajaran, tipe belajar ini perlu mendapat
perhatian, sebab hal ini menjadi salah satu faktor yang turut menentukan
keberhasilan pengajaran yang diberikan kepada siswa. Dengan kata lain, agar
siswa belajar mencapai taraf yang lebih tinggi, diperlukan kemampuan guru dalam
menerapkan prinsip-prinsip sebagaimana yang telah diuraikan di atas.
B. Karakteristik Perkembangan Anak Usia
Dini
Anak usia dini (0 – 8 tahun) adalah
individu yang sedang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat
pesat. Bahkan dikatakan sebagai lompatan perkembangan karena itulah maka usia
dini dikatakan sebagai golden age (usia emas) yaitu usia yang sangat berharga
dibanding usia-usia selanjutnya. Usia tersebut merupakan fase kehidupan yang
unik. Secara lebih rinci akan diuraikan karakteristik anak usia dini sebagai
berikut :
1.Usia 0 – 1 tahun
Pada masa bayi perkembangan fisik mengalami kecepatan luar
biasa, paling cepat dibanding usia selanjutnya. Berbagai kemampuan dan
ketrampilan dasar dipelajari anak pada usia ini. Beberapa karakteristik anak
usia bayi dapat dijelaskan antara lain :
- Mempelajari ketrampilan motorik mulai dari berguling, merangkak, duduk, berdiri dan berjalan.
- Mempelajari ketrampilan menggunakan panca indera, seperti melihat atau mengamati, meraba, mendengar, mencium dan mengecap dengan memasukkan setiap benda ke mulutnya.
- Mempelajari komunikasi sosial. Bayi yang baru lahir telah siap melaksanakan kontrak sosial dengan lingkungannya. Komunikasi responsif dari orang dewasa akan mendorong dan memperluas respon verbal dan non verbal bayi.
Berbagai kemampuan dan ketrampilan dasar tersebut merupakan
modal penting bagi anak untuk menjalani proses perkembangan selanjutnya.
2.Usia 2 – 3 tahun
Anak pada usia ini memiliki beberapa kesamaan karakteristik
dengan masa sebelumnya. Secara fisik anak masih mengalami pertumbuhan yang
pesat. Beberapa karakteristik khusus yang dilalui anak usia 2 – 3 tahun antara lain
:
- Anak sangat aktif mengeksplorasi benda-benda yang ada di sekitarnya. Ia memiliki kekuatan observasi yang tajam dan keinginan belajar yang luar biasa. Eksplorasi yang dilakukan oleh anak terhadap benda-benda apa saja yang ditemui merupakan proses belajar yang sangat efektif. Motivasi belajar anak pada usia tersebut menempati grafik tertinggi dibanding sepanjang usianya bila tidak ada hambatan dari lingkungan.
- Anak mulai mengembangkan kemampuan berbahasa. Diawali dengan berceloteh, kemudian satu dua kata dan kalimat yang belum jelas maknanya. Anak terus belajar dan berkomunikasi, memahami pembicaraan orang lain dan belajar mengungkapkan isi hati dan pikiran.
- Anak mulai belajar mengembangkan emosi. Perkembangan emosi anak didasarkan pada bagaimana lingkungan memperlakukan dia. Sebab emosi bukan ditemukan oleh bawaan namun lebih banyak pada lingkungan.
3.Usia 4 – 6 tahun
Anak usia 4 – 6 tahun memiliki karakteristik antara lain :
- Berkaitan dengan perkembangan fisik, anak sangat aktif melakukan berbagai kegiatan. Hal ini bermanfaat untuk mengembangkan otot-otot kecil maupun besar.
- Perkembangan bahasa juga semakin baik. Anak sudah mampu memahami pembicaraan orang lain dan mampu mengungkapkan pikirannya dalam batas-batas tertentu.
- Perkembangan kognitif (daya pikir) sangat pesat, ditunjukkan dengan rasa ingin tahu anak yang luar biasa terhadap lingkungan sekitar. Hl itu terlihat dari seringnya anak menanyakan segala sesuatu yang dilihat.
- Bentuk permainan anak masih bersifat individu, bukan permainan sosial. Walaupun aktifitas bermain dilakukan anak secara bersama.
4.Usia 7 – 8 tahun
Karakteristik perkembangan anak usia 7 – 8 tahun antara lain
:
- Perkembangan kognitif anak masih berada pada masa yang cepat. Dari segi kemampuan, secara kognitif anak sudah mampu berpikir bagian per bagian. Artinya anak sudah mampu berpikir analisis dan sintesis, deduktif dan induktif.
- Perkembangan sosial anak mulai ingin melepaskan diri dari otoritas orangtuanya. Hal ini ditunjukkan dengan kecenderungan anak untuk selalu bermain di luar rumah bergaul dengan teman sebaya.
- Anak mulai menyukai permainan sosial. Bentuk permainan yang melibatkan banyak orang dengan saling berinteraksi.
- Perkembangan emosi anak sudah mulai berbentuk dan tampak sebagai bagian dari kepribadian anak. Walaupun pada usia ini masih pada taraf pembentukan, namun pengalaman anak sebenarnya telah menampakkan hasil.
Anak
usia Taman Kanak-kanak ini sangat besar energinya sehingga pembelajaran
yang sangat tepat sehingga berkembang kemampuan motorik kasar maupun halus.
Kegiatan fisik adalah merupakan salah satu cara untuk mengembangkan
keterampilan motorik kasar, seperti belari, melompat,bergantungan, melempar
bola atau menendangnya. Maupun serta menjaga keseimbangan motorik halus seperti
menggunakan jari-jari untuk menyusun puzzle, memilih balok, dan menyusunnya
menjadi bangunan tertentu. Kegiatan fisik dan pelepasan energi dalam jumlah
besar merupakan karakteristik aktivitas anak pada masa ini. Anak yang berada di
kelas awal SD adalah anak yang berada pada rentangan usia dini. Masa usia dini
ini merupakan masa perkembangan anak yang pendek tetapi merupakan masa yang
sangat penting bagi kehidupannya. Oleh karena itu, pada masa ini seluruh
potensi yang dimiliki anak perlu didorong sehingga akan berkembang secara
optimal.
Pentingnya
Memahami Anak Usia Dini
Anak
usia dini memiliki karakteristik yang khas, baik secara fisik, psikis, sosial, moral,
dan sebagainya. Masa kanak-kanak juga masa yang paling penting untuk sepanjang
usia hidupnya. Sebab masa kanak-kanak adalah masa pembentukan fondasi dan dasar
kepribadian, yang akan menentukan
pengalaman anak usia dini selanjutnya di masa depannya kelak. .
Pengalaman
yang dialami anak pada usia dini akan berpengaruh kuat terhadap kehidupan
selanjutnya. Pengalaman tersebut akan bertahan lama,bahkan tidak dapat
terhapuskan.kalaupun bisa, hanya tertutupi. Beberapa hal menjadi alasan
pentingnya memahami karakteristik anak usia dini.
Sebagaian
dari alasan tersebut dapat diuraikan sebagaimana berikut:
1)
Usia dini merupakan usia yang paling penting dalam tahap perkembangan manusia,
sebab usia tersebut merupakan periode diletakannya dasar struktur kepribadian
yang dibangun untuk
sepanjang hidupnya. Oleh karena itu pendidikan dan pelayanan yang tepat.
sepanjang hidupnya. Oleh karena itu pendidikan dan pelayanan yang tepat.
2)Pengalaman
awal sangat penting, sebab dasar awal cenderung bertahan dan akan
mempengaruhi sikap dan perilaku anak sepanjang hidupnya, disamping itu dasar awal akan
cepat berkembang menjadi kebiasaan. Oleh karena itu perlu pemberian pengalaman awal yang positif.
mempengaruhi sikap dan perilaku anak sepanjang hidupnya, disamping itu dasar awal akan
cepat berkembang menjadi kebiasaan. Oleh karena itu perlu pemberian pengalaman awal yang positif.
3)
Perkembangan fisik dan mental mengalami kecepatan yang luar biasa, dibanding
dengan sepanjang usianya, bahkan usia 0-8 tahun mengalami 80% perkembangan otak
dibanding
sesudahnya, oleh karena itu perlu stimulasi fisik dan mental, agar anak bisa tumbuh dan berkembang.
sesudahnya, oleh karena itu perlu stimulasi fisik dan mental, agar anak bisa tumbuh dan berkembang.
SUMBER MATERI
Majid, Abdul.
2008. Perencanaan Pembelajaran (Mengembangkan Standar Kompetensi Guru.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Uno, Hamzah B. 2008. Perencanaan Pembelajaran.
Jakarta: PT Bumi Aksara.
PEMBELAJARAN DI
TK
1.Prinsip Belajar
a.Pengertian Belajar
Belajar adalah perubahan serta
peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang diberbagai bidang
yang terjadi akibat melakukan interaksi terus menerus dengan lingkungannya.
Jika di dalam proses belajar tidak mendapatkan peningkatan kualitas dan
kuantitas kemampuan, dapat dikatakan bahwa orang tersebut mengalami kegagalan
di dalam proses belajar.
2. Prinsip - Prinsip Belajar Secara Umum
Ada
delapan prisip belajar secara umum diantaranya yaitu :
1.
Belajar adalah suatu pengalaman yang terjadi
di dalam diri si pelajar yang diaktifkan oleh individu itu sendiri. Proses
belajar dikontrol oleh si pelajar sendiri dan bukan oleh si pengajar. Perubahan
persepsi pengetahuan, sikap, dan perilaku adalah suatu produk manusia itu
sendiri, bukan kekuatan yang dipaksakan kepada individu. Belajar bukan berarti
melakukan apa yang dikatakan atau yang diperbuat oleh pengajar saja tetapi
suatu proses perubahan yang unik di dalam diri si pelajar sendiri. Oleh karena
itu mengajar bukan berarti memaksakan sesuatu terhadap si pelajar tetapi
menciptakan iklim atau suasana sehingga si pelajar mau melakukan dengan kemauan
sendiri apa yang dikehendaki oleh si pengajar.
2.
Belajar adalah penemuan diri sendiri. Hal ini
berarti bahwa belajar adalah proses penggalian ide-ide yang berhubungan dengan
diri sendiri dan masyarakat sehingga pelajar dapat menentukan kebutuhan dan
tujuan yang akan dicapai. Untuk itu segala sesuatu yang relevan bagi pelajar
harus ditemukan oleh pelajar itu sendiri.
3.
Belajar adalah konsekuensi dari pengalaman.
Seseorang menjadi bertanggung jawab ketika ia diserahi tanggung jawab. Ia
menjadi atau dapat berdiri sendiri bila ia mempunyai pengalaman dan pernah
berdiri sendiri. Manusia tidak akan mengubah perilakunya hanya karena seseorang
mengatakan kepadanya untuk mengubahnya. Untuk belajar yang efektif tidak cukup
jika hanya dengan memberikan informasi saja, tetapi kepada pelajar tersebut
perlu diberikan pengalaman.
4.
Belajar adalah proses kerja sama dan
kolaborasi. Kerja sama akan memperkuat proses belajar. Manusia pada hakikatnya
senang saling bergantung dan saling membantu. Dengan kerja sama, saling
berinteraksi dan berdiskusi, di samping memperoleh pengalaman dari orang lain
juga dapat mengembangkan pemikiran-pemikiran dan daya kreasi individu.
5.
Belajar adalah proses evolusi, bukan revolusi
karena perubahan perilaku memerlukan waktu dan kesabaran. Perubahan perilaku
adalah suatu proses yang lama karena memerlukan pemikiran-pemikiran dan pertimbangan
orang lain, contoh, dan mungkin pengalaman sebelum menerima atau berprilaku
baru. Bagaimanapun menguntungkannya bagi dirinya, belajar akan selalu dirasakan
sebagai sesuatu yang tidak mengenakkan dan sangat mengganggu. Untuk itu dalam
mengajar hasilnya tidak dapat diperoleh dengan segera dan tidak boleh
tergesa-gesa tetapi memerlukan kesabaran dan ketekunan.
6.
Belajar
kadang-kadang merupakan suatu proses yang menyakitkan karena menghendaki
perubahan kebiasaan yang sangat menyenangkan dan sangat berharga bagi dirinya,
bahkan mungkin harus melepaskan sesuatu yang menjadi jalan hidup atau pegangan
hidupnya. Untuk itu dalam memperkenalkan hal-hal baru yang menghendaki
seseorang berprilaku baru sebaiknya dilakukan tidak secara drastis dan radikal.
Harus berhati-hati dan sedikit demi sedikit sehingga individu mau meninggalkan
perilaku lama dengan senang hati, tidak menyakitkan hati, dan tidak menimbulkan
frustasi
.
7.
Belajar adalah proses emosional dan
intelektual. Belajar dipengaruhi oleh keadaan individu atau si pelajar secara
keseluruhan. Belajar bukan hanya proses intelektual tetapi emosi juga turut
menentukan. Oleh karena itu hasil belajar sangat ditentukan situasi psikologis
individu pada saat belajar. Bila seseorang sedang dalam keadaan kalut, murung, frustasi,
konflik, dan tidak puas, maka jangan dibawa ke dalam suatu proses belajar.
8.
Belajar
bersifat individual dan unik. Setiap orang mempunyai gaya belajar dan keunikan
sendiri dalam belajar. Untuk itu pengajar harus menyediakan media belajar yang
bermacam-macam sehingga tiap individu dapat memperoleh pengalaman belajar
sesuai dengan keunikan dan gaya masing-masing.
Dari prinsip di atas sudah mencakup situasi proses belajar yang menguntungkan, yang mana mempunyai ciri-ciri komunikasi yang bebas dan terbuka, konfrontasi penerimaan, respek, diakuinya hak untuksalah, kerja sama kolaborasi, saling mengevaluasi, keterlibatan tiap individu, aktif, kepercayaan, dan lainnya.
Dalam melaksanakan pembelajaran di TK perlu memperhatikan
prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Bermain
Sambil Belajar dan Belajar Seraya Bermain
Dunia anak-anak adalah dunia bermain. Bermain merupakan cara yang
paling baik untuk mengembangkan kemampuan sesuai kompetensi yang ditetapkan
dalam kurikulum.
2. Pembelajaran
Berorientasi pada Perkembangan Anak
Anak TK memiliki karakteristik perkembangan fisik dan psikologis
yang khas, yang mencakup aspek Moral & Nilai-nilai Agama, Kognitif, Sosial,
Emosional & Kemandirian, Fisik/motorik, Berbahasa dan Seni.
3. PembelajaranBerorientasi
pada KebutuhanAnak.
Anak membutuhkan stimulasi untuk membantu pertumbuhan fisik dan
perkembangan psikis secara optimal. Oleh sebab itu, pembelajaran di TK
dirancang untuk memenuhi kebutuhan tersebut
4. Pembelajaran
Berpusat Pada Anak
Pembelajaran di TK hendaknya menempatkan anak sebagai subjek
pendidikan. Oleh karena itu, semua kegiatan pembelajaran diarahkan atau
berpusat pada anak. Dalam pembelajaran yang berpusat pada anak, anak diberi
kesempatan untuk menentukan pilihan, mengemukakan pendapat, dan aktif melakukan
atau mengalami sendiri. Guru bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator.
5. Pembelajaran
Menggunakan Pendekatan Tematik
Pembelajaran di TK menggunakan pendekatan tematik. Tema sebagai
sarana atau wadah untuk mengenalkan berbagai konsep pada anak, menyatukan isi
kurikulum dalam satu kesatuan yang utuh, memperkaya perbendaharaan kata anak,
dan menjadikan pembelajaran lebih bermakna. Tema dipilih berdasarkan prinsip kedekatan,
kesederhanaan, kemenarikan, dan keinsidentalan.
6. Kegiatan
Pembelajaran yang PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan)
Guru hendaknya mampu menciptakan kegiatan-kegiatan yang menarik,
yang membangkitkan rasa ingin tahu anak, memotivasi anak untuk berpikir kritis,
kreatif, dalam suasana yang menyenangkan.
7. Pembelajaran
Mengembangkan Kecakapan Hidup
Pembelajaran diarahkan untuk mengembangkan kecakapan hidup.
Pengembangan kecakapan hidup dilakukan secara terpadu, baik melalui pembiasaan
maupun pengembangan kemampuan dasar.
8. Pembelajaran
Didukung oleh Lingkungan Yang Kondusif
Lingkungan pembelajaran harus menarik dan menyenangkan anak,
dengan memperkirakan keamanan dan kenyamanan anak dalam bermain.
Penataan ruang kelas disesuaikan dengan ruang gerak anak dalam
bermain agar anak dapat berinteraksi secara optimal dengan guru dan anak lain.
Pembelajaran hendaknya memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai
sumber belajar baik lingkungan alam maupun lingkungan sosial budaya.s
9. Pembelajaran
yang Demokratis
Pembelajaran yang demokratis memungkinkan terjadinya interaksi
yang optimal antara guru dengan anak didik dan antara anak dengan anak untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Guru dan anak-anak sama-sama berkepentingan untuk
menciptakan suasana belajar. Oleh sebab itu, guru hendaknya selalu memberi
kesempatan kepada anak kepada anak untuk aktif memberikan reaksi dan memberi
tanggapan tanpa merasa takut.
10. Pembelajaran
yang Bermakna
Merupakan suatu proses pembelajaran yang efektif dan membawa
pengaruh perubahan terhadap tingkah laku anak didik dalam mencapai kompetensi
atau tujuan yang telah dirumuskan. Sehubungan dengan itu maka guru dalam
mengelola kegiatan pembelajaran hendaknya mampu mengembangkan pola interaksi
antara berbagai pihak yang terlibat didalamnya
Adapun prinsip tambahan yaitu :
1. Kedekatan
2. Kemenarikan
Perlunya
menumbuhkan minat dan antusiasme siswa dengan mengemukakan sesuatu yang baru,
aneh, kontradiktif atau kompleks. Diharapkan siswa memiliki kepekaan indra
untuk merespon (jika siswa merespon dengan baik maka guru telah berhasil
menarik daya pikir imajinasi anak ). Contoh : suasana kelas diubah menjadi
hutan belantara yang gelap, lampu dimatikan beberapa dekorasi kelas disulap
menjadi pohon-pohon. Siswa diharuskan membawa senter, tas ransel dan makanan.
Alangkah bagusnya lagi jika diiringi dengan suara2 seperti air yang mengalir, suara
harimau, suara monyet dll
3. Kesederhanaan
Sarana
prasarana yang digunakan untuk proses pembelajaran tidak perlu memakan biaya
yang sangat banyak, contoh : Untuk membuat latar hutan di kelas, guru bisa
membuat beberapa pohon dari karton, beberapa lembar kain yang dijuntaikan
(sebagai akar), atau bahkan langsung memindahkan pot-pot tanaman kedalam kelas
sebagai deskripsi dari hutan. Untuk suasana gelap guru bisa mematikan lampu
kelas dan menutup jendela. Selain itu dramatisasi suara binatang dan air bisa
di dapat dari kaset.
4. Keinsidentilan
Pengajar mampu mengambil hikmah atas setiap
kejadian yang tiba-tiba terjadi dalam proses pembelajaran sehingga bisa menjadi
pelajaran yang berharga bagi siswa. Contoh : Ketika kamping di hutan ada anak
yang menangis karena gelap, kejadian insidentil ini harus cepat tanggap di
respons oleh guru dengan memberikan pengertian tentang gelap, memasukkan nilai2
agama, moral sehingga kepercayaan diri sang anak tumbuh dan dia berheni
menangis.
5. Kemandirian
Siswa diminta
untuk menunjukkan penguasaan materi terhadap pengalaman yang telah dialaminya,
contoh : Setelah acara kamping di kelas selesai diadakan, siswa diminta untuk
menggambar hutan berdasarkan imaginasi dan informasi yang didapatinya ketika
berpetualang bersama guru dan teman-temannya tadi.
II.
Asas-Asas
Pembelajaran di TK
1. Asas
Apersepsi
Kegiatan
mental anak dalam mengolah hasil belajar dipengaruhi oleh pengetahuan dan
pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya. Oleh sebab itu, pembelajaran yang dilakukan
guru hendaknya memperhatikan pengetahuan dan pengalaman awal agar anak bisa
mencapai hasil belajar secara optimal.
2. Asas
Kekongkritan
Melalui
interaksi dengan obyek-obyek nyata dan pengalaman kongkrit, pembelajaran perlu
menggunakan berbagai media dan sumber belajar agar apa yang dipelajari anak
menjadi lebih bermakna, misalnya menggunakan gambar binatang untuk mempelajari
binatang, membawa binatang (hidup) kedalam kelas, menggunakan audio visual
tentang banjir untuk mempelajari tentang air, dan lain-lain
3.
Asas Motivasi
Belajar akan
optimal jika anak memiliki dorongan untuk belajar. Oleh sebab itu pembelajaran
hendaknya dirancang sesuai dengan kebutuhan, minat, dan kemauan anak. Misalnya.
Memberi penghargaan kepada anak yang berprestasi dengan pujian atau hadiah;
memajang setiap karya anak di kelas; lomba antar kelompok; melibatkan setiap
anak pada berbagai kegiatan lomba dan kegiatan TK; melakukan pekan unjuk
kemampuan anak
4. Asas
Kemandirian & Asas Kerjasama
Kemandirian
dan kerjasama merupakan upaya yang dimaksudkan untuk melatih anak dalam
memecahkan masalahnya serta mengembangkan keterampilan sosial . Oleh sebab itu,
pembelajaran hendaknya dirancang untuk mengembangkan kemandirian dan
ketrampilan sosial anak, misalnya tata cara makan, menggosok gigi, memakai
baju, melepas dan memakai sepatu, buang air kecil dan buang air besar,
merapikan mainan setelah dipakai, dan lain-lain
5. Asas
Individualisasi
Karena setiap
anak itu bersifat unik, berbeda dengan anak yang lain, maka pembelajaran
hendaknya memperhatikan perbedaan individu, misalnya perbedaan latar belakang
keluarga, perbedaan kemampuan, perbedaan minat, perbedaan gaya belajar, dan
lain-lain agar anak mencapai hasil belajar secara optimal.
6. Asas
Korelasi & Asas Belajar Sepanjang Hayat
Korelasi
merupakan pengembangan aspek yang satu dengan aspek yang lain saling berkaitan,
dan berlangsung sepanjang hayat, dan anak belajar tidak hanya berlangsung di TK
tetapi sepanjang hayat anak. Sehingga diupayakan untuk membekali anak agar bisa
belajar sepanjang hayat dan mendorong anak selalu ingin dan berusaha kapanpun
dan dimanapun.
Sumber
atau Rujukan
KOMPONEN-KOMPONEN
PERENCANAAN
PEMBELAJARAN
1.
Tujuan
pembelajaran
Tujuan merupakan satu di antara hal pokok yang baru diketahui
dan disadari oleh seorang guru sebelum mulai mengajar.guru harus dapat
memberikan penafsiran yang tepat mengenai jenis dan fungsi tujuan yang akan di
capai secara kongrit.
Untuk taman kanak-kanak ,tujuan pembelajaran khusus ini
disebutnya kemampuan
a.
Pengertian
dan penggolongan tujuan pembelajaran
Tujuan pembelajaraan merupakan titik awal yang sangat penting
dalam proses perencanaan pembelajaran ,sehingga
baik arti maupun jenis –jenisnya perlu di pahami oleh seorang guru.
b.
Jenjang
dan lingkup tujuan
1)
Jenjang
tujuan
Tujuan
institutional adalah tujuan –tujuan yang ingin di capai oleh lembaga atau jenis
sekolah.
Tujuan umum
kurikuler adalah tujuan –tujuan yang pencapaiannya di bebankan pada masing
masing mata pelajaran.
2)
Lingkup
tujuan
Dilihat dari
kawasan (domain)atau bidang yang di cakup tujuan –tujuan pendidikan dapat
dibagi atas:tujuan kognitif,tujuan afektif dan tujuan psikomotor.
a)
Tujuan
kognitif
Tujuan
kognitif adalah tujuan-tujuan yang lebih banyak berkenaan dengan perilaku dan
aspek berfikir/intelektual.contoh anak dapat mengelompokkan benda sesuai dengan
bentuk,warna dan jenisnya.
Menurut
beyamin .s.bloom,ada 6 tingkatan dalam domain kognitif diantaranya adalah:
I.
Tingkatan
pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan di
artikan sebagai kemampuan seseorang dalam menghafal atau mengingat kembali
pengetahuan yang pernah diterima.
II.
Tingkat
pemahaman(comprehension)
Pemahaman diartikan sebagai kemampuan seorang dalam
mengartikan ,menafsirkan,menerjemahkan atau menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri tentang pengetahuan
yang pernah diterimanya.
III.
Tingkatan
penerapan(application)
Penerapan
diartikan sebagai kemampuan seseorang dalammenggunakan pengetahuan dalam
memecahkan masalah yang timbul dalam kehidupan.
IV.
Tingkatan
analisis(analysis)
Mengacu pada
kemampuan mengkaji atau menguraikan sesuatu ke dalam komponen-komponen yang
lebih spesifikserta mampu memahami hubungan antar komponen yang satu dengan
yang lain.
V.
Tingkatan
sintesis(synthesis)
Sintesis di
artikan sebagai kemampuan seseorang dalam mengaitkan dan menyatukan berbagai
elemen dan unsure pengetahuan yang adasehingga berbentuk pola baru yang lebih
menyeluruh.
VI.
Tingkatan
evaluasi(evaluation)
Mengacu pada
kemampuan seseorang dalam membuat perkiraan atau keputusan yang tepat
berdasarkan criteria atau pengetahuan yang dimilikiny.
b)
Tujuan
afektif(sikap dan perilaku)
Kawasan
afektif adalah satu domain yang berkaitan dengan sikap,nilai-nilai
interes,apresiasi,dan penyesuaian perasaan social.
Ada 5
tingkatan afektif dari yang rendah sampai yang kompleks,diantaranya sebagai
berikut:
Ø Kemauan menerima
Merupakan
keinginan untuk memperhatikan suatu gejala atau rangsangan tertentu ,seperti
keinginan untuk mendengarkan music dan membaca buku.
Ø Kemauan menanggapi
Merupakan kegiatan
yang menunjuk pada partisipasi aktif dalam kegiatan tertentu.
Ø Berkeyakinan
Berkenaan
dengan kemauan menerima system nilai tertentu pada diri individu.seperti
menunjukkan kepercayan pda sesuatu.
Ø Penerapan karya
Berkenaan
dengan system nilai yang berbeda-beda berdasarkan pada suatu system nilai yang
lebih tinggi.
Ø Ketekunan dan ketelitian
adalah tingkat afektif yang
tertinggi.pada taraf ini individu yang sudah memiliki taraf nilai selalu
menyelaraskan perilakunya sesuai dengan system nilai yang di pegangnya.
c)
Tujuan
psikomotorik
Tujuan ini
mencakup hal-hal yang berkenaan dengan aspek keterampilan motorik atau gerak
yang bersifat manual dari peserta didik.
Urutan yang
paling sederhana sampai yang paling kompleks adalah:
v Persepsi
Berkenaan
dengan penggunaan indra dalam melakukan kegiatan
v Kesiapan dalam melakukan suatu kegiatan
Kesiapan
Berkenaan dengan kegiatan melakukan sesuatu kegiatan.contoh:kesiapan
mental,fisik,dan emosi.
v Mekanisme
Berkenaan
dengan penampilan respon yang sudah di pelajari dan menjadi kebiasaan,sehingga
gerakan yang ditampilkan sudah menunjuk pada kemahiran.
v Respon terbimbing
Respon
terbimbing seperti meniru dan mengikuti.mengulangi perbuatan yang diperintahkan
atau di tunjukkan oleh orang lain.
v Kemahiran
Adalh penampilan
gerakan motorik dengan keterampilan penuh.kemahiran yang di tunjukkan biasanya
cepat,dengan hasil yang baik dan menggunakan sedikit temaga.
v Adaptasi
Berkenaan
dengan keterampilan yang sudh berkembang pada diri individusehingga yang
bersangkutan mampu memodifikasi pada pola gerakan sesuai dengan situasi dan
kondisi tertentu.
v Originasi
Originasi
menunjukkan kepada pencipta pola gerakan baru untuk di sesuaikan dengan situasi
atau masalah tertentu.
2.
ISI(Materi
Pembelajaran)
Pembelajar di TK
tidak menyajikan bidang studi akan tetapi materi di sajikan kedalam tema-tema
belajar.melalui tema anak akan mudah membangun konsep tentang benda atau
peristiwa yang ada di lingkungannya.
tema yang disajikan
dimulai dari hal-hal yang ada di lingkungan anak dan telah di kenal
anak.contoh: temaaku,keluargaku,pakaian dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas,2005.kurikulum 2004 standar kompetensi TK dan RA.dirjen
manajemen
dikdasmen :jakatra
MATERI ATAU ISI
A.
Pengertian Materi
pembelajaran
Materi
pembelajaran atau materi ajar (Intructional materials) adalah pengetahuan sikap
dan keterampilan yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar
kompetensi yang telah ditentukan.Materi pelajaran juga merupakan medium untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang “dikonsumsi” oleh siswa. Karena itu,
penentuan materi pelajaran mesti berdasarkan tujuan yang hendak di capai.
B.
Hal-hal yang harus
diperhatikan dalam memilih materi
Nana
Sujana (2000) menjelaskan ada beberapa hal yang harus di perhatikan dalam
menetapkan materi pelajaran diantaranya :
1. Materi pelajaran harus sesuai dan menunjang tercapainya tujuan
2. Materi pelajaran yang di tulis dalam perencanaan pembelajaran terbatas pada konsep saja atau berbantuk garis besar bahan tidak pula diuraikan terinci
3. Menetapkan materi pembelajaran harus serasi dengan urutan tujuan
4. Urutan materi pelajaran hendaknya memperhatikan kesinambungan (kontinuitas)
5. Materi pelajaran di susun dari hal yang sederhana menuju yang komplek, dari yang mudak menuju yang sulit, dari yang konkret menuju yang abstark. Dengan cara ini siswa akan mudah memahaminya; dan
6. Sifat materi pelajaran, ada yang factual dan ada yang konseptual.
1. Materi pelajaran harus sesuai dan menunjang tercapainya tujuan
2. Materi pelajaran yang di tulis dalam perencanaan pembelajaran terbatas pada konsep saja atau berbantuk garis besar bahan tidak pula diuraikan terinci
3. Menetapkan materi pembelajaran harus serasi dengan urutan tujuan
4. Urutan materi pelajaran hendaknya memperhatikan kesinambungan (kontinuitas)
5. Materi pelajaran di susun dari hal yang sederhana menuju yang komplek, dari yang mudak menuju yang sulit, dari yang konkret menuju yang abstark. Dengan cara ini siswa akan mudah memahaminya; dan
6. Sifat materi pelajaran, ada yang factual dan ada yang konseptual.
Dalam
prakteknya untuk menentukan materi pembelajaran perlu memperhatikan hal-hal
berikut :.
1.Sahih (valid);
2.Tingkat kepentingan;
3.Kebermaknaan;
4.Layak dipelajari;
5.menarik minaT
1.Sahih (valid);
2.Tingkat kepentingan;
3.Kebermaknaan;
4.Layak dipelajari;
5.menarik minaT
C.
Jenis-jenis materi
pembelajaran
1.
Pengetahuan, meliputi:
a) Fakta adalah
kebenaran yang dapat diterima oleh nalar dan sesuai dengan kenyataan yang dapat
dikenali dengan panca indera. Fakta diperoleh dengan cara:
- Memperoleh sendiri dari sumber aslinya. Fakta didefinisikan dengan cara menggambarkan atau menafsirkan dari sumber yang asli
- Fakta yang diperoleh dari orang yang mengidentifikasi dengan jalan menyusunnya dalam bentuk interaksi reasoning (Penalaran Abstrak)
- Memperoleh sendiri dari sumber aslinya. Fakta didefinisikan dengan cara menggambarkan atau menafsirkan dari sumber yang asli
- Fakta yang diperoleh dari orang yang mengidentifikasi dengan jalan menyusunnya dalam bentuk interaksi reasoning (Penalaran Abstrak)
b) Konsep adalah hasil penyimpulan tentang suatu
hal berdasarkan atas adanya ciri-ciri yang sama pada hal tertentu. Konsep ada
kalanya berkaitan dengan sesuatu obyek, sesuatu peristiwa atau berkaitan dengan
manusia. Strategi pencapaian konsep: - Strategi pemilihan - Strategi penerimaan
c. Prinsip adalah suatu pernyataan yang menjelaskan tentang hubungan antara dua konsep atau lebih istilah prinsip kadang-kadang disebut juga dengan aturan atau generalisasi.
c. Prinsip adalah suatu pernyataan yang menjelaskan tentang hubungan antara dua konsep atau lebih istilah prinsip kadang-kadang disebut juga dengan aturan atau generalisasi.
2.
Prosedur, yaitu materi pembelajaran yang berupa langkah-langkah melakukan suatu
kegiatan secara berurut aslinya
3.
Keterampilan adalah melakuakan suatu jenis kegiatan tertentu. Keterampilan ada
3 macam:
·
Rangkaian
respon atau reaksi, yaitu merupakan rangkaian gerakan-gerakan yang meliputi
urutan tertentu untuk menyelesaikan suatu pekerjaan tertentu
·
Koordinasi gerakan, yaitu seseorang dituntut
untuk memadukan sejumlah anggota badan untuk melakaukan suatu pekerjaan
·
Pola-pola respon atau reaksi, yaitu berkaitan
dengan keterampilan mengorganisasi seluruh keterampilan yang dimiliki dalam
mereaksi rangsangan, sehingga dapat dipertunjukan suatu respon baru dalam
mereaksi rangsangan
4. Sikap atau nilai yaitu berkaitan dengan sikap
atau interes (minat) siswa mengikuti materi pembelajran yang disajikan guru,
nilai-nilai berupa apresiasi (penghargaan ) terhadap sesuatu dan penyesuaian
perasaaan sosial
D.
Pengelompokan materi
pembelajaran
Materi pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi
beberapa bagian, yaitu:
a. Materi pembelajaran
utama, yaitu materi pembelajaran pokok yang menjadi rujukan wajib (compulsory
learning resources) dalam suatu rangkaian kegiatan pembelajaran.
b. Materi pembelajran penunjang (suplementary
reading materials) yaitu materi sekunder atau tersier yang keberadaannya
sebagai pelengkap dan pengayaan.
E.
Sifat materi
pembelajaran
1) Materi pembelajaran
bersifat umum yang berisi hal-hal yang harus dimiliki oleh seluruh siswa
2) Materi pembelajaran bersifat khusus yaitu yang
diperlukan untuk kepentingan tertentu c) Materi pembelajaran bersifat
deskriptif yang berisi fakta-fakta dan prinsip-prinsip d) Materi pembelajaran
yang bersifat normatif yang berkaitan dengan norma-norma, peraturan, moral dan
estetika.
Dalam
pendidikan anak usia dini (TK) materi pembelajaran disajikan kedalam
tema-tema belajar.Melalui tema akan
memudahkan anak membangun konsep tentang benda atau peristiwa yang ada
ddilingkungan sekitar anak.
Ø Tema adalah kerangka bahasan untuk mengenalkan
berbagai konsep, sehingga anak mampu mengenal dan membangun konsep secara utuh,
mudah dan jelas.
Ø Pemilihan tema dapat berdasarkan pada;
a)
kehidupan terdekat anak,
b)
minat anak atau kecenderungan anak,
c)
permasalahan yang dihadapi,
d)
pengalaman atau pengetahuan yang sudah dimiliki anak,
e)
ketersediaan sumber yang dapat dipelajari dan diamati anak (orang, tempat
yang dapat dikunjungi, buku-buku tentang tema),
f)
ketersediaan berbagai media atau
alat yang dapat dimainkan anak secara mandiri atau dengan sedikit bantuan
kader/pendidik,
g)
mendukung perkembangan kemampuan moral dan nilai-nilai agama, sosial,
emosional, dan kemandirian, bahasa, kognitif, fisik/motorik dan seni
h)
mengembangkan, mengembangkan kosa kata anak, dan nilai, kepercayaan, budaya
yang berlaku di masyarakat.
v Tema-tema yang ada dalam TK, menurut kurikulumTK tahun 2004
a) Diri sendiri
b) Lingkungan
c) Kebutuhan
d) Binatang
e) Tanaman
f)
Rekreasi
g) Pekerjaan
h) Air, udara dan api
i)
Alat
komunikasi
j)
Tanah
airkAlam semesta
DAFTAR PUSTAKA
Masitoh,dkk.2008.Strategi Pembelajaran
TK.Jakarta.Universitas Terbuka
Hartati,Sri.2010.Perencanaan Pembelajaran
TK.Padang.UNP
MEDIA DAN SUMBER BELAJAR ANAK USIA DINI
MEDIA
DALAM PEMBELAJARAN
Pembelajaran merupakan suatu kegiatan
melaksanakan kurikulum suatu lembaga pendidikan agar dapat mempengaruhi para
siswa mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Tujuan pendidikan pada
dasarnya mengantarkan para siswa menuju pada perubahan-perubahan tingkah laku
baik intelektual, moral, maupun sosial anak agar dapat hidup mandiri sebagai
individu dan mahluk sosial. Dalam mencapai tujuan tersebut siswa berinteraksi
dengan lingkungan belajar yang diatur guru melalui proses pembelajaran.
Lingkungan belajar yang diatur oleh guru mencakup tujuan pembelajaran, bahan
pembelajaran, metodologi pembelajaran, dan penilaian pembelajaran. Secara
khusus terkait metodologi pembelajaran, aspek ini terkait dengan dua hal yang
saling menonjol yaitu metode dan media pembelajaran. Media memiliki kedudukan
yang sangat penting dalam mencapai tujuan pembelajaran secara efektif.
Media dalam proses pembelajaran dapat
mempertinggi proses belajar siswa dalam pembelajaran yang pada gilirannya
diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapainya.Oleh karena itu
penggunaan media pembelajaran sangat dianjurkan untuk mempertinggi kualitas
pembelajaran. Jika ditinjau dari perpektif komunikasi, pembelajaran pada
hakikatnya adalah proses komunikasi yaitu proses penyampaian pesan dari sumber
pesan melalui saluran/media tertentu ke penerima pesan. Pesan, sumber pesan,
saluran/media dan penerima pesan adalah komponen-komponen proses komunikasi.
Pesan yang akan dikomunikasikan adalah isi ajaran ataupun didikan yang ada
dalam kurikulum, sumber pesannya bisa guru, siswa, orang lain ataupun penulis
buku dan produser media; salurannya adalah media pendidikan dan penerima
pesannya adalah siswa atau juga guru.
A. Pengertian Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa Latin dan
merupakan bentuk jamak dari kata
"medium" yang secara harfiah berarti
"perantara" yaitu perantara sumber pesan (asource) dengan
penerima pesan (a receiver. Banyak batasan yang diberikan orang tentang
media.Media pembelajaran merupakan salah satu sarana untuk mempermudah
penyampaian materi.Pada anak usia dini media pembelajaran sangat penting karena
dalam penyampaian materi pada anak usia dini akan lebih cepat di tangkap dengan
adanya media pembelajaran tersebut. Materi yang perlu di masukan dalam media
pembelajaran anak usia dini adalah memberikan praktek pembuatan permainan
edukatif anak usia dini,karena anak usia dini erat hubungannya dengan bermain
maka media yang paling tepat untuk anak adalah melalui permainan. Sampai
sekarang sudah sering di berikan pembelajaran mengenai permainan edukatif tapi
hanya sebatas teori dan belum dapat di kembangkan sehingga kita memerlukan
materi - materi praktek dan lebih lanjut mengenai permainan - permainan
edukatif yang menjadi salah satu media pembelajaran yang efektif bagi anak usia
dini
B. Manfaat Media Pembelajaran
Banyak manfaat yang dapat diperoleh dengan
memanfaatkan media dalam
1.
pembelajaran
yaitu:Pesan/informasi pembelajaran dapat disampaikan dengan lebih jelas,
menarik,kongkrit dan tidak hanya dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan
belaka (verbalistis).
2.
Mengatasi
keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera. Misalnya objek yang terlalu besar
dapat digantikan dengan realita, gambar, film bingkai, film atau model.
Kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu dapat ditampilkan lagi lewat
rekaman film, video, dan lain-lain. Objek yang terlalu kompleks dapat disajikan
dengan model, diagram dan lain-lain.
3.
Meningkatkan sikap aktif siswa dalam belajar.
4.
Menimbulkan
kegairahan dan motivasi dalam belajar.
5.
Memungkinkan interaksi yang lebih langsung
antara siswa dengan lingkungan dan kenyataan.
6.
Memungkinkan
siswa belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya.
7.
Memberikan
perangsang, pengalaman dan persepsi yang sama bagi siswa.
Sementara itu Kemp dan Dayton (1985)
mengemukakan beberapa manfaat media yaitu:
1. Penyampaian pesan pembelajaran dapat
lebih terstandar
2. Pembelajaran dapat lebih menarik
3. Pembelajaran menjadi lebih interaktif
dengan menerapkan teori belajar
4. Waktu pelakasanaan pembelajaran dapat
diperpendek
5. Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan
6. Proses pembelajaran dapat berlangsung
kapan pun dan dimana pundiperlukan
7. Sikap positif siswa terhadap materi
pelajaran serta proses pembelajaran dapatditingkatkan
8. Peranan guru ke
arah yang positif
C. Jenis Media Pendidikan
Keragaman dan jenis media yang dapat
dimanfaatkan dalam pembelajaran sangat banyak dan variatif oleh karena itu
dalam perkembangannya timbul usaha-usaha untuk mengelompokkan dan
mengklasifikasi media-media tersebut menurut kesamaan ciri atau karakteristiknya.
Para ahli yang tercatat dalam proses pengkalifikasian tersebut antara lain:
Rudy Bretz, Duncan, Briggs, Gagne, Edling, Schramm,
Allen, dan lain-lain. Namun demikian dari beberapa pengelompokkan media yang
mereka lakukan belum terdapat suatu kesepakatan tentang klasifikasi atau
taksonomi media yang berlaku umum dan mencakup segala aspeknya, khususnya untuk
suatu sistem pembelajaran. Bahkan tampaknya memang tidak pernah akan ada sistem
pengelompokkan yang sahih dan berlaku umum. Berkaitan dengan hal tersebut,
dalam bahan ajar ini jenis media tersebut akan dibagi menjadi tiga kelompok
besar yaitu media visual, media audio, dan media audio-visual. Di bawah ini secara
singkat diuraikan keterangan dari masing-masing jenis dan karakteristik media pendidikan
tersebut.
1. Media Visual
Media visual adalah media yang hanya dapat
dilihat. Jenis media visual ini nampaknya yang paling sering digunakan oleh
guru pada lembaga pendidikan anak usia dini untuk membantu menyampaikan isi
dari tema pendidikan yang sedang dipelajari. Media visual terdiri atas media
yang dapat diproyeksikan (projected visual) dan media yang tidak dapat diproyeksikan
(non-projected visual). Media visual yang diproyeksikan pada dasarnya
merupakan media yang menggunakan alat proyeksi (disebut proyektor) di mana
gambar atau tulisan akan nampak pada layar (screen). Media proyeksi ini
bisa berbentuk media proyeksi diam misalnya gambar diam (still pictures) dan
proyeksi gerak misalnya gambar bergerak (motionpictures). Alat proyeksi tersebut
membutuhkan aliran listrik dan membutuhkan ruangan tertentu yang cukup memadai.
Jenis-jenis alat proyeksi yang biasa digunakan untuk menyampaikan pesan pendidikan
untuk anak usia dini antaranya: OHP (overhead projection) dan slaid
suara(soundslide).
Pada
lembaga PAUD yang ada di daerah perkotaan yang memiliki kemampuan untuk
mengadakan alat proyeksi ini tentu sangat menguntungkan sebab pembelajaran bisa
ditata lebih menarik perhatian dibandingkan dengan media yang tidak diproyeksikan.
Namun pada umumnya lembaga PAUD di daerah-daerah tertentu, terutama di
pedesaan, belum memungkinkan untuk mengadakan media proyeksi ini masih dianggap
sangat mahal harganya. Di samping itudiperlukan juga kemampuankemampuan khusus
yang memadai dari para guru untuk menggunakan dan memelihara alat proyeksi
tersebut.
Media visual yang tidak diproyeksikan terdiri atas
media gambar diam/mati, media
grafis, media model, dan media realia
a. Gambar diam atau gambar mati adalah gambar-gambar
yang disajikan secara fotografik atau seperti fotografik, misalnya gambar
tentang manusia, binatang, tempat, atau objek lainnya yang ada kaitannya dengan
bahan/isi tema yang diajarkan. Gambar diam ini ada yang sifatnya tunggal ada
juga yang berseri yaitu berupa sekumpulan
b. Media grafis adalah media pandang dua dimensi
(bukan fotografik) yang dirancang secara khusus
untuk mengkomunikasikan pesan-pesan pendidikan. Unsur-unsur yang terdapat dalam media grafis ini adalah gambar dan tulisan. Media ini
dapat digunakan untuk mengungkapkan fakta atau gagasan
melalui penggunaan kata-kata, angka serta bentuk
simbol (lambang). Bila Anda akan menggunakan media grafis ini Anda harus memahami dan mengerti arti simbol simbolnya, sehingga media ini akan
lebih efektif untuk menyajikan isi tema kepada anak.
Karakteristik media ini yaitu sederhana, dapat menarik
perhatian, murah dan mudah disimpan dan dibawa. Jenis-jenis media grafis ini diantaranya: grafik, bagan, diagram, poster, kartun, dan komik.
c. Media model adalah media tiga dimensi yang sering
digunakan dalam kegiatan pendidikan untuk anak usia dini, media ini merupakan
tiruan dari beberapa objek nyata, seperti objek yang terlalu besar, objek yang
terlalu jauh, objek yang terlalu kecil, objek yang terlalu mahal, objek yang
jarang ditemukan, atau objek yang terlalu rumit untuk dibawa ke dalam kelas dan
sulit dipelajari wujud aslinya. Jenis-jenismedia model diantaranya: model padat
(solid model), model penampang (cutaway model), model
susun (build-up model), model kerja (working model), mock-up dan diorama.
Masing-masing jenis model tersebut ukurannya mungkin persis sama, mungkin juga
lebih kecil atau lebih besar dengan objek sesungguhnya.
d. Media realia merupakan alat bantu visual dalam
pendidikan yang berfungsi memberikan pengalaman langsung (direct experience)
kepada anak. Realia ini merupakan model dan objek nyata dari suatu benda,
seperti mata uang, tumbuhan, binatang, dsb.
2. Media Audio
Media audio adalah media yang mengandung
pesan dalam bentuk auditif (hanya dapat didengar) yang dapat merangsang
pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan anak untuk mempelajari isi tema.
Contoh media audio yaitu program kaset suara dan program radio. Penggunaan
media audio dalam kegiatan pendidikan untuk anak usia dini pada umumnya untuk melatih
keterampilan yang berhubungan dengan aspek-aspek keterampilan mendengarkan.
Dari sifatnya yang auditif, media ini mengandung kelemahan yang harus diatasi
dengan cara memanfaatkan media lainnya.
Terdapat beberapa pertimbangan yang harus
diperhatikan apabila Anda akan
menggunakan media audio untuk anak usia dini yaitu:
a. Media ini hanya akan mampu melayani secara baik
mereka yang sudah memiliki kemampuan dalam berpikir abstrak. Sedangkan kita
mengetahui bahwa anak usia dini masih berpikir konkrit, oleh karena itu
penggunaan media audio bagi anak usia dini perlu dilakukan berbagai modifikasi
disesuaikan dengan kemampuan anak.
b. Media ini memerlukan pemusatan perhatian yang lebih
tinggi dibanding media lainnya, oleh karena itu jika akan menggunakan media
audio untuk anak usia dini dibutuhkan teknik-teknik tertentu yang sesuai dengan
kemampuan anak.
c. Karena sifatnya yang auditif, jika Anda ingin
memperoleh hasil belajar yang yang dicapai anak lebih optimal, diperlukan juga
pengalaman-pengalaman secara visual. Kontrol belajar bisa dilakukan melalui
penguasaan perbendaharaan kata-kata, bahasa, dan susunan kalimat.
3. Media Audio-Visual
Sesuai dengan namanya, media ini merupakan
kombinasi dari media audio dan media visual atau biasa disebut media
pandang-dengar. Dengan menggunakan media audio-visual ini maka penyajian isi
tema kepada anak akan semakin lengkap dan optimal. Selain itu media inidalam batas-batas
tertentu dapat juga menggantikan peran dan tugas guru. Dalam hal ini guru tidak
selalu berperan sebagai penyampai materi, karena penyajian materi bisa diganti
oleh media. Peran guru bisa beralih menjadi fasilitator belajar yaitu
memberikan kemudahan bagi anak untuk belajar. Contoh dari media audio visual
ini di antaranya program televisi/video pendidikan/instruksional, program slide
suara, dsb.
D. Pengadaan Media Pembelajaran
Pengadaan sumber belajar merupakan
kelanjutan dari langkah perencanaan. Langkah ini merupakan langkah guru atau
pihak sekolah mewujudkan perencanaan media pembelajaran yang telah dibuat.
Sebaik apa pun perencanaan media pembelajaran yang dibuat jika guru tidak
diwujudkan dan realisasikan dalam bentuk kegiatan selanjutnya yaitu pengadaan,
maka perencanaan tersebut hanya merupakan daftar keinginan atau dokumen tertulis
saja. Oleh sebab itu proses pengadaan menjadi sangat penting dilakukan sebagai proses
selanjutnya sehingga kegiatan pembelajaran akan ditunjang dengan ketersediaan berbagai
media pebelajaran.
1. Pembelian
Pembelian merupakan suatu kegiatan pengadaan media pembelajaran
melalui transaksi pembelian. Pengadaan media pembelajaran melalui cara ini
tentu berimplikasi pada dana atau biaya yang dibutuhkan. Biasanya pihak sekolah
atau lembaga penyelenggara PAUD telah memiliki rencana anggaran untuk pembelian
beberapa jenis media misalnya alat permainan untuk di dalam ruangan kelas.
Untuk melakukan pembelian guru harus berkoordinasi dan menyampaikan rencana
pembelian dan kebutuhannya itu kepada pimpinan lembaga pendidikan.Pada saat
menyampaikan permohonan pembelian kepada pimpinan lembaga pendidikan, guru
perlu menjelaskan jenis-jenis sumber belajar yang akan dibeli dan mengemukakan
alasan mengapa media pembelajaran tersebut perlu dibeli tentunya saja dengan
menyertakan hasil identifikasi kebutuhan media pembelajaran yang telah disusun sebelumnya.
Oleh karena sekolah biasanya menghadapi keterbatasan dana, maka guru dituntut
mampu memilih dan menentukan media pembelajaran apa
saja yang harus lebih utama dibeliuntuk kepentingan pembelajaran anak.
Pemahaman guru terhadap media pembelajaran ini sangat penting mengingat guru
harus memperhatikan kesesuaian media dengan kebutuhan
perkembangan anak, ketepatan ukuran, warna dan
kerapihannya karena apabila tidak akurat maka tujuan yang hendak dicapai akan
meleset.
2. Hadiah / Sumbangan
Penambahan koleksi sumber belajar dapat
diperoleh dari hadiah, pemberian, hibahataupun sumbangan dari berbagai pihak
seperti instansi pemerintah, swasta ataupun perorangan. Sumbangan atau bantuan
yang diterima ada kalanya tanpa diminta terlebih dahulu, namun ada juga yang
dilakukan melalui permohonan dari pihak lembaga pendidikan. Sumbangan biasanya
diberikan oleh lembaga-lembaga tertentu yang memiliki kepedulian terhadap
penyelenggaraan pendidikan anak anak usia dini. Lembaga-lembaga seperti itu
pada saat ini sangat banyak baik dari dalam maupun dari luar negeri.
Pengadaan sumber belajar melalui
hadiah/sumbangan menuntut guru untuk secara aktif mencari berbagai informasi
termasuk alamat lembaga atau institusi yang membuka peluang untuk memberikan
bantuan. Pada umumnya, tindak lanjut dari bentuk pengadaan seperti ini adalah
dalam bentuk jalinan kerjasama antara lembaga pemberi sumbangan dengan
lembaga pendidikan penerima sumbangan.
3. Bekerjasama
Bekerja sendiri jauh lebih berat daripada
bekerja sama. Bekerjasama antar lembaga tertentu menumbuhkan satu hasil yang
lebih baik apabila kerjasama itu dilakukan secara terbuka, profesional, dan
saling menguntungkan (mutual benefits).Kerjasama ini bisa dalam bentuk
pinjam meminjam media pembelajaran yang dimilikio leh lembaga yang berbeda.
Jika di tingkat kecamatan memiliki media pembelajaran tertentu, maka lembaga
pendidikan dapat meminjamnya. Selain itu, jika media pembelajaran di suatu
lembaga PAUD lebih lengkap dapat dipinjamkan ke lembaga PAUD yang lain.Kerjasama
juga dapat terjadi antar lembaga misalnya antar lembaga PAUD dengandinas-dinas
terkait seperti dinas pertanian, dinas kesehatan, dan lain-lain. Kerjasama
dengan orang tua siswa juga sangat penting mengingat banyak orang tua yang
mempunyai potensi untuk membantu lembaga pendidikan dalam berbagai bentuk.
Apakah dalam bentuk materi atau dalam bentuk keahlian-keahlian atau pengetahuan
lebih yang dapat dimanfaatkan oleh lembaga pendidikan.
4. Membuat
Pengadaan media pembelajaran dapat juga
dilakukan melalui pembuatan yang dilakukan oleh guru. Pembuatan sendiri oleh
guru memiliki kelebihan dalam hal guru dapat menyesuaikan dengan tujuan
pembelajaran yang hendak dicapai. Jika guru akan membuat media pembelajaran
secara mandiri maka terlebih dahulu guru harus menganalisis program pembelajaran/kurikulum yang digunakan sehingga
media yang dibuat sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan program. Berdasarkan
hasil analisis tersebut guru mengembangkan rancangan/desain media tersebut.
Selanjutnya guru membuat media pembelajaran tersebut sesuai rancangan yang
telah dibuat. Jika memungkinkan sebelum digunakan secara luas di lembaga
pendidikan, terlebih dahulu dilakukan ujicoba terbatas sehingga keandalan media
tersebut teruji.
E. Kreteria Pemilihan dan Penggunaan Media
Pembelajaran
Ada beberapa
hal yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan media,pertama adalah kesesuaian
dengan materi dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.oleh karena media
merupakan salah satu komponen sistem pembelajaran, faktor – faktor lain
karakteristik siswa, strategi pembelajaran dan alokasi waktujuga perlu
dipertimbangkan.Kedua,media yang memerlukan fasilitas pendukungg perlu
dipertimbangkan apakah tersedia atau tidak.dan bagi media yang harga atau
pembuatannya mahal perlu dipertimbangkan efisiensi biaya dalam jangka waktu
lama.
F. Penyimpanan dan Pemeliharaan Media Pembelajaran
Menyimpan dan memelihara media pembelajaran
di lembaga PAUD baik yang ada di dalam ruangan maupun yang ada di luar
merupakan hal yang penting dilakukan oleh guru. Hal tersebut dikarenakan
penggunaan media pembelajaran tersebut tentu tidak hanya untuk satu kali
kegiatan belajar saja melainkan akan digunakan secara terus-menerus. Selain itu
intensitas penggunaan media pembelajaran oleh anak juga akan sangat tinggi.
Apalagi untuk media-media pembelajaran tertentu yang sangat disukai oleh anak. Sehubungan
dengan pentingnya fungsi penyimpanan dan pemeliharaan ini, guru harus
mengetahui jenis media pembelajaran yang perlu disimpan dan dipelihara dengan
baik. Cara anak meletakkan media pembelajaran di kelas tidak terlepas dari
pengawasan guru.Guru juga harus memantau bagaimana cara anak memainkan media
tersebut dan mengembalikan media tersebut pada tempatnya, karena anak harus
dibiasakan bertanggung jawab terhadap media pembelajaran yang dimainkannya.
Agar pemakaian dapat bertahan, maka cara penyimpanan dan cara memeliharanya
harus baik. Guru harus memperhatikan tingkat kelembaban ruang penyimpanan media
atau ruangan kelas karena tempat yang lembab dapat menumbuhkan jamur dan
merusak media pembelajaran. Dengan demikian perlu dipersiapkan tempat khusus,
seperti rak-rak untuk meletakkan barang, lemari tertutup untuk menyimpan barang
atau buku yang tidak digunakan sehari-hari.
Dalam pelaksanaan penyimpanan/pemeliharaan
sumber belajar yang menunjang
proses pembelajaran di lembaga PAUD hendaknya
diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Untuk media pembelajaran yang terdapat diruang
kelas, guru dapat melakukan bentuk-bentukperawatan dan penyimpanan sebagai
berikut :
·
Alat-alat
seharusnya disimpan di tempat yang memenuhi syarat, tidak lembab, cukup ventilasi,
dan diatur rapi dalam lemari alat atau rak alat.
·
Dalam penyimpanan ini harus diperhatikan juga
jenis-jenis alat tersebut seperti buku dan kertas-kertas dalam lemari atau rak,
alat peraga lainnya disimpan di tingkat yang sesuai dan aman.
·
Pemeliharaan bahan dari kayu dilakukan secara
berkala dengan menyemprotkan obat anti serangga atau rayap, dimeni, dicat,
diplitur atau dipernis.
·
Pemeliharaan
bahan yang terbuat dari plastik dilakukan dengan melindunginya dari benda
panas, membersihkannya dengan alat pembersih yang lembut.
·
Khusus untuk boneka/pakaian dapat dicuci atau
diganti apabila sudah kusam atau lusuh.
·
Alat
yang terbuat dari kain ditempatkan dalam lemari tertutup, diberi kapur barus atau
kamper.
2. Adapun untuk alat yang terdapat di luar ruangan
kelas dapat dilakukan hal-hal sebagai
berikut :
·
Alat-alat
ditempatkan pada tempat yang bebas banjir dan apabila ada kerusakan segera
diperbaiki umpamanya ada bagian besi yang patah secepatnya dilas, bila catnya
terkelupas segera dimeni/dicat dan pemberian pelumas secara rutin.
·
Bak pasir hendaknya selalu bersih dari
kotoran-kotoran dan ditutup, pasirnya selalu ditambah apabila diperlukan.
·
Bak
air hendaknya diperhatikan kebersihannya.
·
Kereta dorong, otoped, mobil-mobilan harus
ditempatkan pada tempat yang bebas banjir dan selalu diberi pelumas.
G. Penggunaan dan Evaluasi Media Pembelajaran
Alasan perlunya penggunaan media
pembelajaran secara optimal dalam pembelajaran adalah dikaitkan dengan tugas
yang diemban guru dalam kesehariannya yaitu menyajikan pesan, membimbing dan
membina anak untuk mencapai tujuan pembelajaran yaitumengembangkan semua aspek
perkembangan anak dalam waktu yang telah ditetapkan dan relatif terbatas. Sementara
itu banyaknya media pembelajaran yang dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh
guru terkadang luput dari perhatianya. Hal tersebut salah satu penyebabnya adalah
karena guru tidak mempunyai pengetahuan dan keterampilan teknis untuk menggunakan
media pembelajaran tersebut. Guru hendaknya memiliki pengetahuan dan wawasan
dalam menggunakan berbagai media pembelajaran. Dengan pengetahuannya itu, guru
akan memanfaatkan secara optimalmedia pembelajaran yang tersedia. Ia akan
menggunakannya sendiri secara kreatif sehingga kegiatan belajar anak dapat
berjalan dengan efektif. Menggunakan berbagi mediapembelajaran memang
membutuhkan keterampilan tertentu dan khusus. Berikut ini ada beberapa contoh
penggunaan beberapa media pembelajaran dan hal-hal yang harusdiperhatikan dalam
penggunaannya.
1. Media cetak
Buku mutlak digunakan oleh guru sebagai sumber
belajar. Beberapa kriteria yang sebaiknya menjadi dasar pertimbangan dalam
menggunakan buku adalah kriteria isi yang mencakup apakah isi buku ini relevan
dengan kurikulum/program yang berlaku, urutan isi buku, isi dan topik yang
disajikan pembahasannya mudah dipahami anak, kemampuan pengarang dan penerbit,
kebaruannya (currentness), dan lain-lain.
2. Benda sebenarnya
Sejalan dengan pembelajaran anak usia dini, guru dapat
menggunakan benda-benda sebenarnya sebagai media pembelajaran. Penggunaan benda
sebenarnya seperti pada saat guru menjelaskan tanaman misalnya bunga guru harus
dapat menggunakan secara tepat dan memanfaatkan
benda-benda tersebut agar sebuah indera anak terstimulasi dengan baik misalnya
saja anak dapat mengamati bunga yang sebenarnya, mencium harum wangi bunga, menyentuh
mahkotanya, daun dan tangkai bunga. Dengan demikian anak lebih memahami melalui
pengalaman nyata dan lebih menyenangkan.
3. Barang Bekas
Kreativitas guru dalam menggunakan barang bekas
menjadi media pembelajaran dapat membantu proses pembelajaran. Contohnya botol
bekas minuman kaleng dapat dikemas menjadi kaleng suara dengan bantuan kerikil
untuk berlatih seni musik, melatih daya pendengaran, dan mengenalkan berbagai
bunyi-bunyian kepada anak.
4. Model
Guru dapat menggunakan model tiruan seperti
motor-motoran, mobil-mobilan, becak dan lain-lain untuk membantu memberikan
gambaran alat angkutan kepada anak. Model ini cukup efektif digunakan untuk
memberikan pengetahuan dan informasi pada anak mengenai objek-objek tertentu
yang ditampilkan dalam bentuk model ataun tiruan dari benda sebenarnya.
Dafrtar
Pustaka
Hartati, sri.2010.Bahan
Ajar Perencanaan Pembelajaran TK. UNP
Sanjaya,wina.2008.perencanaan dandesain sistem pembeljaran:jakarta
Majid, Abdul. 2008. Perencanaan
Pembelajaran (Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Uno, Hamzah B. 2008. Perencanaan
Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Tim Penyusun.2008.Bahan Ajar
Belajar dan Pembelajaran.FIP UNP
METODE
Metode-motode pembelajaran yang digunakan dalam pendidikan anak usia antara
lain:
v Metode bermain
Menurut dearden bermain
adalah merupakan kegiatan non serius dan segalanya ada dalam kegiatan itu
sendiri yang dapat memberikan kepuasan bagi anak.
v Metode pemberian tugas.
Metode ini memberikan
kesempatan kepada anak melaksanakan tugas berdasarkan petunjuk langsung dari
guru tentang apa yang haurs kerjakan, sehingga anak dapat memahami tugasnya
secara nyata dapat dilaksanakan secara tuntas, baik diberikan secara kelompok
atau individual.
v Metode demonstrasi
Cara belajar yang
memperagakan atau mempertunjukan sesuatu atau proses dari kejadian atau
peristiwa.Yang berfungsi memberikan ilustrasi dalam menjelaskan kepada anak dan
membantu meningkatkan kemampuan mengenal, mengingat dan berfikir konvergen dan
evaluatif
v Metode tanya jawab
Metode tanya jawab adalah
metode dengan tanya jawab, disini guru memberikan pertanyaan dan anak menjawab
berdasarkan pengalaman anak.
v Metode bercakap-cakap
Merupakan cara interaksi
antara guru dan anak dengan komunukasi lisan antara anak dan guru.
v Metode percobaan
Suatu cara pembelajaran
dimana anak melakukan berbagai percobaan yang sesuai tingkat usianya.Seperti
membuat air teh manis, mangaduk warna, dan lain-lain.
v Merode bercerita
Merupakan cara
menyampaikan sesuatu dengan bertutur atau memberikan penerangan secar lisan melalui cerita.Seperti cerita
dongeng,dan lain-lain.
v Metode karya wisata
Suatu cara yang
dilakukan dengan kunjungan secara langsung ke tempat objek-objek disekitar anak
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
v Metode dramatisasi
Cara yang dilakukan
dengan memahami sesuatu melalui peran-peran yang dilakukan oleh tokoh-tokoh
atau benda-benda disekitar anak, sehinggan anak dapat memahami sesuatu sambil
berimajinasi seperti memerankan profesi dokter, guru dan karakter-karakter
lain.
Daftar
pustaka
Hartati,sri.2010.Perencanaan PembelajaranTK.Padang.
EVALUASI
1. Pengertian
evaluasi
Evaluasi adalah suatu proses
memilih,mungumpulkan dan menafsirkan informasi untuk membuat keputusan. Tujuan
mengevaluasi AUD ini bertujuan untuk merencanakan kegiatan individual dan
kelompok untuk berkomunikasi dengan orang tua,mengidentivikasi anak yang
mungkin memerlukan layanan khusus dan mengevaluasi pendidikan anak usia dini
sudah tercapai atau belum pelaksanaanya.
Proses evaluasi pada AUD tidak sama dengan
evaluasi pada tingkat SD, SLTP, dan SLTA. Pada AUD evaluasi diganti dengan
asesman yaitu proses pengamatan, pencatatan, dan pendokumentasian kinerja siswa
dan bagaimana ia melakukan sebagai dasar pengambilan keputusan pendidikan anak
yang berguna bagi siswa. Asesmen tidak digunakan untuk mengukur keberhasilan
suatu program belajar tetapi untuk mengetahui perkembanangan atau kemajuan
anak.
Evaluasi adalah suatu proses
memilih,mungumpulkan dan menafsirkan informasi untuk membuat keputusan. Tujuan
mengevaluasi AUD ini bertujuan untuk merencanakan kegiatan individual dan
kelompok untuk berkomunikasi dengan orang tua,mengidentivikasi anak yang
mungkin memerlukan layanan khusus dan mengevaluasi pendidikan anak usia dini
sudah tercapai atau belum pelaksanaanya.
2. Prinsip-prinsip
asesman
·
Holistic
Asesmen meliputi semua aspek perkembangan
anak, seperti fisik motorik, social.moral, emosional, intelektual, bahasa dan
kreativitas.Harapannya adalah semua aspek perkembangan tersebut berkembang
secara optimal, sehingga setiap anak tumbuh dan berkembang menjadi manusia
seutuhnya.
·
Otentik
Yaitu asesmen dilakukan melalui kegiatan yang
riil, fungsional, dan alami dengan harapan hasil asesman menggambarkan
kemampuan anak yang sesungguhnya.
·
Kontinyu
Yaitu asesmen dilakukan secara harian,
mingguan, tergantung pada kapan guru memandang saat yang tepat bagi seorang
anak untuk melihat kemapuannya pada aspek tertentu
·
Individual
Asesman dilakukan uuntuk mengamati
perkembangan siswa secara individual meskipun dilakukan saat melakukan kegiatan
kelompok.Asesman tidak membandingkan hasil kerja siswa yang satu dengan yang
lainya tetapi berusaha untuk mengungkapkan kelebihan, kelemahan, dan kebutuhan
siswa.
·
Multi
sumber dan mukti kompleks
Asesmen dilakukan pada berbagai konteks.Guru
juga dapat menggunakan berbagai sunber informasi selain observasi dan karya
anak juga perlu mendiskusikan hasil pengamatannya dengan orang tua, anak, dan
dengan para professional agar informasi yang diperoleh lebih lengkap.
3. Teknik
asesmen
Cara melakukan asesmen yaitu:
o Kegiatan peengamatan
o Pencatatan
o Pendokumenntasian
Kemudian
hasil dicatat dalam bentuk kartu perkembangan anak.
4. Komponen
asesmen
a. Aspek fisik motorik
ü Motorik kasar
a) Memanjat tali
b) Berlari
c) Menendang bola
d) Menagkap bola
e) Skiping
ü Motorik halus
a) Mengancing baju
b) Menggunting pola
c) Menali sepatu
d) Mewarnai pola
e) Memasang resleting
ü Organ sensoris
a) Mendengarkan perintah guru
b) Menyebutkan ciri-ciri benda
c) Mampu membedakan berbagai macam rasa
ü Kesehatan badan
a)
Seimbang
tinggi dan berat
b)
Aktif
dan lincah
c)
Catatan
kehadiran baik
b. Aspek perkembangan kognitif
ü Informasi /pengetahuan figurative
a) Mengenal nama warna
b) Mengenal nama berbagai bentuk
c) Mengenal bagian tubuh
d) Mengenal nama dan alamatnya
ü Pengetahuan procedural
a) Menjelasakan bagaimana pergi dan pulang
sekolah
b) Mampu membandingkan benda
c) Menghitung, menata, mengurutkan,,
mengklasifikasikan
ü Pengetahuan temporal
a) Mengetahui nam hari dan tanggal
b) Mengetahui waktu
c) Mengenal kecepatan
ü Memori
a) Mengingat alphabet
b) Mengingat nam teman
c) Mengingat nam hari
c. Aspek perkembangan moral
a) Mengenal aturan sekolah
b) Mengenal sopan santun
c) Mengenal otoritas
d. Aspek perkembangan social
ü Interpersonal
a) Mampu bermain bersama
b) Mau bergantian dan antri
c) Mengikuti perintah guru
ü Personal
a) Mampu merespon dan menjawab pertanyaan guru
b) Mampu mengekspresikan diri
c) Percaya diri untuk bertanya,mengemukakan
ide,tampil,dsb
d) Mandiri saat makan,bekerja,memakai pakaian
,dsb
e) Mau ditinggal atau tidak ditunggui orang tua
selama sekolah
f) Dsb
e. Aspek perkembangan emosional
a) Menunjukkan rasa aying pada teman
b) Menunjukkan rasa empati
c) Mengontrol emosi
f.
Kemampuan
dalam disiplin
ü Matematika dan berhitung
a) Menghitung benda 1-5
b) Menghitung benda lebih dari 10
c) Mengenal angka 1-5
d) Menjumlahkan sampai 5
ü Sains
a) Kemapuan observasi
b) Mengkomunikasikan hasil observasi
c) Menggunakan ruang dan waktu
d) Kemampuan klasifikasi
ü Pengetahuan social
a) Mengenal nama teman
b) Memiliki teman bermain
c) Menghargai pendapat oatnag lain
d) Menunjukan rasa empati
ü Bahasa
a) Mampu berkomunikasi danagn orang dewasa dan
teman sebaya
b) Memiliki pembendaharaan yang cukup
c) Mampu mengkomunikasikan ide melalui drama,
bermain, atau tulisan
ü Seni
5. Instrument
asesmen
Dari unsure penilaian yang disebutkan di atas
guru dapat mengembangakan instrument penilaian.Untuk kelas dengan banyak siswa
guru dapat menggunakan ceklist pada daftar cek.
6. Portofolio
Merupakan bentuk organisasi hasil belajar
anak, biasanya ddalam suatu folder yang berisikan contoh hasil beljar yang
menunjukan kemampuan anak.
Portofolio biasanya berisi:
·
Contoh
tulisan anak
·
Contoh
gambar anak
·
Kesan
anak tentang pendapatnya belajar di TK
7. Cara
penilaian
Penilaian pada AUD hendaknya didasarkan pada
kemajuan belajar atau perkembangan individual.Bagaimanapun kondisi anak harus
dikembangakan secara optimal. Pemberian nilai anak dapat dilakukan dengan
pemberian gambar ekspresi, misalnya tertawa,menangis,dll.
8. Laporan
kemajuan belajar
Unsur-unsur dalam lapoaran kemajuan belajar
anak:
1) Identitas anak
2) Nama guru
3) Tahun dan semester
4) Kemampuan yang dinilai
5) Contoh hasil belajar
6) Contoh hasil yang diambil dari portofolio
DAFTAR
PUSTAKA
Hartati,sri.2010.PerencanaanPembelajaran TK.Padang.
Suyatno,
Slamet.2005.Konsep Dasar Anak Usia Dini.Jakarta.
PERENCANAAN PEMBELAJARAN
TUGAS RESUME RENCANA PEMBELAJARAN AUD
OLEH
NAMA: SEPTIA HANDAYANI
NIM: 1100786
Dosen pembimbing:
Dra.Hj.Sri Hartati
JURUSAN PENDIDIKAN GURU ANAK USIA DINI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2012
TERIMA KASIH LE,Ku copy sedikit le Ukhty.
BalasHapus